Pemain Sepak Bola dengan IQ Tertinggi


Frank Lampard bisa jadi merupakan pesepakbola dengan otak paling encer di Inggris. Kalaupun tidak, dia dipastikan jadi orang paling pintar di Chelsea karena IQ-nya yang sangat tinggidan masuk kategori jenius.

Buat banyak pesepakbola, tingkat kecerdasan bisa jadi bukan modal utama untuk menjadi hebat dan kemudian mendapat gaji besar. Yang utama tentu saja kemampuan olah bola dan hal-hal lain yang lebih terkait kondisi fisik.

Tapi itu bukan berarti pesepakbola tak memiliki daya pikir yang baik. Faktanya, banyak juga aktor lapangan hijau yang punya IQ tinggi yang menandakan tingginya kemampuan berpikir yang mereka miliki.

Dan salah satu pesepakbola yang punya otak brilian itu adalah Frank Lampard. Gelandang Chelsea berkebangsaan Inggris itu disebutkan memiliki IQ sebesar 150.

Jumlah tersebut diketahui setelah belum lama ini seluruh skuad Chelsea melakukan tes intelejensia. Dengan angka tersebut, gelandang 30 tahun itu menduduki posisi teratas, unggul dua anak tangga atas John Terry yang menempati urutan ketiga.

"John Terry juga berada di posisi tiga besar, tapi Frank Lampard memiliki skor tertinggi dari seluruh tes yang pernah dilakukan perusahaan kami. Jumlahnya bahkan lebih tinggi dari milik saya," ungkap dokter tim Chelsea, Dr English seperti diberitakan Goal.

Fakta tersebut membuat Lampard menjadi salah satu dari sedikit orang yang memiliki IQ sebesar 150 atau lebih. Disebutkan kalau hanya 0,1% orang di Inggris punya tingkat kecerdasan seperti mantan pemain West Ham United tersebut.Dengan IQ setinggi itu, Lampard cuma kalah tipis atas Albert Einstein yang dikabarkan punya IQ 160.

Lampard kabarnya memang sudah menonjol dalam bidang pendidikan. Saat masih bersekolah di Essex, gelandang internasional Inggris itu punya 12 nilai A dan bahkan mendapat A+ untuk mata pelajaran Latin.

"Tidak ada yang mengira bahwa pebola memiliki IQ setinggi IQku. Padahal itu anggapan yang salah.Sangat salah. Saat aku mengerjakan tes IQ itu, aku juga tidak terlalu serius dalam mengerjakannya, tapi dokter yang memeriksa berkata hasilnya bagus." ujar Lampard.

Dengan kegeniusannya ini tidak heran jika Lampard bisa membaca arah pertandingan dengan visi yang luas dan mengumpan serta menendang bola ke arah yang tepat.

Hal ini juga membuktikan bahwa setiap pebola tidak hanya membutuhkan skill dan kemampuan fisik saja untuk menjadi seorang pemain hebat, namun kemampuan otak juga diperlukan untuk dipadukan dengan 2 kemampuan tersebut untuk menjadi seorang pebola super layaknya Super Lamps.
sumber

12 Foto Keren Tanpa di Edit (Perfect Timing)

Kehebatan Peralatan Perang Tentara Muslim Zaman Dulu

Pasukan tentara Muslim pada era keemasan Islam dikenal sangat tangguh dan kuat. Tak heran jika kekuatan pasukan tentara Islam sangat disegani lawan dan ditakuti lawan.

Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya bertajuk Islamic Technology: An Illustrated History mengungkapkan, sebelum Dinasti Usmani Turki menjadi adikuasa dunia, tentara Muslim di era kejayaan Islam sempat meraih dua kemenangan terbesar dalam sejarah, yakni penaklukan Arab pada abad ke-7 M atau abad satu Hijriah serta kemenangan pasukan tentara Dinasti Ayyubiya dan Mamluk pada abad ke-12 dan ke-7 M.

Salah satu faktor penting yang membuat pasukan tentara Muslim begitu kuat dan hebat, karena ditopang dengan persenjataan yang lengkap dan canggih pada zamannya seperti pedang, tombak, panah, perisai dan tongkat kebesaran.

1.Pedang:


Pedang merupakan senjata utama serdadu Muslim, baik infanteri maupun kavaleri. Pedang digunakan untuk pertahanan pribadi, adu pedang dan pertempuran tunggal. Pedang merupakan salah satu senjata yang paling dihormati bahkan seringkali diberi nama.



Pedang ini juga banyak dicontohkan dalam ilustrasi-ilustrasi dan dipamerkan di museum-musem, salah satunya di Topkapi Sarayi Muzesi, Istanbul. Al-Hassan dan Hill menjelaskan bilah pedang (nasl) mempunyai satu sisi yang tajam (syafra), melengkung sepanjang satu rentangan (sekitar 22 sentimeter) ke bagian ujungnya (dhu'aba).

Bagian yang melengkung itu disebut midrab (dada), karena bagian ini yang digunakan untuk menyerang lawan. Sedangkan bagian punggung (matn) kadang-kadang sedikit melengkung ke arah midrab (dada). Sedangkan, pangkal pedang yang dalam bahasa Arab disebut maqbid atau nasab mempunyai kepala atau ujung berbentuk bola (saylan) dan sebuah bentukan melintang (kulab), pangkal pedang terbuat dari baja, gading, kayu hitam (ebony) atau bahan-bahan keras lainnya.

2.TOMBAK:



Selain pedang, senjata utama pasukan tentara Muslim adalah tombak. Menurut al-Hassan, tombak merupakan alat perang yang sangat banyak digunakan di dunia Islam. Salah satunya tombak dengan kepala yang berukir dari Persia sekitar abad ke-8 M. Tombak iitu, kini berada di Museum Victoria dan Albert, London.

''Tombak merupakan alternatif pengganti pedang karena harganya relatif lebih murah dibanding pedang,'' tutur al-Hassan. Tombak bisa dibuat dengan memasang kepala tombak yang terbuat dari besi pada sebuah tongkat dari batang pohon.

Namun, ada tombak yang harganya mahal, yakni tombak panjang dari kayu yang bermutu tinggi, dengan kepala tombak yang terbuat dari baja Damaskus. ''Batang-batang tombaknya terbuat dari bambu. Tombak ini diberi nama qanat. Namun, karena harganya yang mahal, masyarakat kelas bawah tak mampu membelinya,'' ungkap al-Hassan.



3.Kehebatan Panah Tentara Islam:




Sebelum ditemukannya senjata api, panah merupakan alat perang yang sangat berguna dan dijamin sangat mematikan. Untuk itu, dibutuhkan keterampilan dalam pembuatannya. Dalam panah terdapat busur yang terdiri dari bagian inti yang terbuat dari kayu, diperkuat dengan tanduk pada sisi yang menghadap ke pemanah dan lapisan luarnya terbuat dari tali urat.

Busur memiliki sifat refleks, yakni arah lengkungannya sebelum direnggangkan berlawan dengan arahnya setelah peregangan. Ketika diikat, busur itu secara langsung mendapat tekanan dari tali urat dan tanduk sehingga menambah tenaga cukup besar pada senjata itu. Sedangkan senar busur biasanya terbuat dari sutra.

Pada akhir abad pertengahan, orang-orang Muslim Spanyol lebih menyukai senjata ini. Salah satu tipenya mempunyai sanggurdi di ujung batangnya, kaki diletakkan pada sanggurdi dan senarnya ditarik dengan sebuah pengait.

sumber

Cegah HIV Aids, Cina Gelar Lomba Masturbasi

Lomba Masturbasi bukan pertama kalinyadi lakukan di Dunia namun di China lomba mastubarsi ini adalah yang pertama kali dilakukan di Negeri tirai bambu ini.


Lomba Masturbasi yang diadakan di China ini digelar bertepatan dengan hari HIV Internasional yang jatuh pada 1 Desember 2012 tujuan dari diadakanya lomba masturbasi ini adalah untuk mencegah penularan penyakit HIV Aids akibat seks bebas yang sering dilakukan. Dalam lomba masturbasi ini tidak ada pornografi tidak ada peserta yang telanjang telanjang semua peserta masih menggunakan pakaian namun untuk melakukan masturbasi kelamin mereka ditutupi dengan gayung ataupun baskom. Untuk memancing gairah seksual peserta panitia lomba masturbasi menyediakan boneka seks dan beberapa model yang mengunakan baju sangat seksi para peserta bahkan ada yang menggunakan topeng untuk menutup muka mereka karena takut malu.

Dalam lomba masturbasi ini diikuti setidaknya 10 orang 7 pria dan 3 orang wanita tidak ada aturan yang ketat dalam lomba ini siapa yang berhasil menahan masturbasi paling lama dialah pemenangnya sedangkan yang paling cepat orgasme akan mendapatkan gelar juara tiga. Tidak diketahui hadiah apa yang akan diberikan untuk pemenang lomba masturbasi ini yang jelas lomba ini hanya bertujuan untuk mengingatkan bahaya hiv aids akibat seks bebas.

sumber

Di Amazon Terdapat Suku Bugil

Suku Xingu ini adalah suku pedalaman yang ada di Amazon. Dan keunikan suku ini adalah semua orang yang ada disini itu bertelanjang / nggak pake pakaian.

Kalaupun memakai juga hanya memakai ikatan kain yang dililitkan sedikit di atas kemaluannya atau melingkar di perutnya, mengikat di lehernya dan juga mengikat di sekitar tumit dan lutut kakinya.

Dan untuk dada ama kemaluannya tidak memakai apa-apa. Meski begitu, keberadaan suku ini amat dihormati di Amerika Latin sana, sehingga bila ada turis yang melancong disana, disuguhi dengan tetarian khas suku itu dan sajian tradisional lainnya dari suku itu.











sumber

Alasan Mengapa Penggaris Dibuat Hanya 30cm

Kalau anda pernah melihat penggaris yang dipakai di sekolah dasar dan menengah, kemungkinan besar penggaris itu panjangnya 30 sentimeter. Tigapuluh sentimeter itu lebih kurang sama dengan 12 inci atau 1 kaki (foot, ini satuan panjang ala Kerajaan Inggris).

Dalam bidang komputer dan elektronika, panjang 30 sentimeter memiliki arti khusus. Arti khusus yang penting dan menjadi pegangan dalam merancang dan membangun rangkaian mikroelektronika dan rangkaian terpadu (integrated circuit, IC).

Tigapuluh sentimeter lebih kurang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang elektromagnetik dalam waktu satu per milyar detik. Perioda satu per milyar detik berkorespondensi dengan frekuensi 1 milyar daur (cycle) per detik (giga hertz, GHz), jadi lebih kurang pada orde/skala yang sama dengan kecepatan komputer saat ini. 

 

 
Faktor 30 sentimeter menjadi penting dalam merancang sebuah rangkaian elektronika yang beroperasi pada frekuensi GHz. Dalam rangkaian elektronika skala GHz, daur arus listrik dalam rangkaian akan menghasilkan gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang pada sekitar skala sentimeter. Jika rangkaian elektronika tersebut berukuran juga pada skala sentimeter, maka insinyur yang merancang rangkaian tersebut harus mempertimbangkan faktor waktu yang diperlukan untuk perambatan gelombang elektromagnetik dalam rangkaian.

Problem serupa, yakni memperhitungkan faktor waktu yang diperlukan untuk perambatan gelombang elektromagnetik, muncul dalam banyak teknologi sehari-hari: radar, telekomunikasi seluler dan satelit, jaringan serat optik (optical fiber), global positioning system, perpetaan, geodesi, dan banyak lagi.

Dalam fisika partikel eksperimen, problem ini muncul ketika fisikawan harus mempertimbangkan waktu tempuh sinyal dalam serat optik dari detektor yang terletak 100 meter di bawah tanah ke komputer yang membaca dan menyimpan data di permukaan tanah. Sebagai contoh, akselerator LHC beroperasi dengan frekuensi 40 MHz atau periode 25 per milyar detik. Setiap 25 per milyar detik, terjadi beberapa tumbukan/interaksi di dalam detektor. Dengan menggunakan aturan 30 sentimeter, kita tahu bahwa selama 25 per milyar detik, cahaya akan menempuh jarak 7.5 meter. Padahal jarak dari bawah tanah ke permukaan tanah adalah 100 meter lebih! Sebelum sinyal dari detektor mencapai permukaan tanah dan direkam dalam komputer, detektor sudah menerima data kembali!

Padahal detektor di bawah tanah pada umumnya memerlukan konfirmasi (handshake) dengan komputer yang terletak di permukaan: apakah sinyal/informasi yang dikirimkan sudah sampai atau belum. Dengan pertimbangan itu, maka detektor di bawah tanah dirancang untuk menyimpan sementara data-data tumbukan/interaksi partikel dalam sebuah tempat penyimpanan sementara (buffer memory). Sehingga bila karena suatu sebab kiriman informasi dari bawah tanah ke permukaan terganggu, detektor di bawah tanah akan menerima kabar dari komputer di permukaan bahwa informasi yang dikirim belum diterima, dan bisa dikirimkan kembali.

Kok bicara fisika partikel eksperimen kedengarannya seperti teknik elektro atau instrumentasi! Ini semua karena kebutuhan: untuk membangun alat eksperimen fisika partikel diperlukan kerjsama antara fisikawan dengan insinyur: baik insinyur teknik tenaga listrik, teknik elektronika, teknik mesin, teknik pendinginan, teknik komputer, teknik sipil, dll. Tanpa kerjasama tersebut, tidaklah mungkin alat dan fasilitas eksperimen fisika partikel bisa dibangun.

Catatan: Penggunaan ukuran 30 sentimeter untuk memberikan ilustrasi/gambaran tentang kecepatan cahaya dan jarak yang ditempuh, dipopulerkan oleh Laksamana Pertama (Commodore/Rear Admiral) Grace Hopper, seorang sesepuh dalam bidang komputer dan informatika.

sumber

3Doodler, Mengenal Pensil 3D Pertama di Dunia


Beberapa bulan yang lalu kita dikejutkan dengan kemunculan printer 3D yang memungkinkan kita membuat barang-barang di rumah dengan tangan sendiri, akan tetapi sayang printer 3D membutuhkan perangkat lunak dan pengetahuan pemodelan 3D untuk dapat menghasilkan sebuah karya. Para seniman membutuhkan alat yang memudahkan mereka tanpa harus menghilangkan pekerjaan tangan manual, karena karya seni yang indah adalah hasil tangan-tangan kreatif bukan hasil mesin dan robot. Sekarang ada 3Doodler, pensil 3D yang bisa menjadi solusi praktis dan mudah bagi para seniman untuk membuat karya seni 3D. 3Doodler adalah pensil 3D pertama di dunia yang bisa menggambar dalam bentuk tiga dimensi secara real time.




3Doodler mempermudah seniman untuk membuat karya seni 3D secara real-time
Bayangkan Anda memegang pensil 3D dan menggambar sesuatu di udara, lalu garis-garis pena menjadi bentuk yang padat, dan hasil gambaran tercipta menjadi karya seni ditangguhkan dan permanen dalam bentuk 3D.


3Doodler ini dirancang oleh perusahaan WobbleWorks yang berkantor pusat di Boston Amerika Serikat. 3Doodler tidak memerlukan perangkat lunak atau komputer.


Cara kerja 3Doodler cukup sederhana, tancapkan soket ke listrik dan Anda bisa menggambar karya 3D.
Perusahaan WobbleWorks baru saja meluncurkan kampanye penjualan awal untuk memperkenalkan perangkat pensil kecil ajaib yang menggunakan plastik khusus yang dipanaskan dan langsung didinginkan untuk membentuk struktur yang solid.

3Doodler dapat bekerja pada hampir semua permukaan dan dapat digunakan untuk perbaikan item kecil.
Doodler dapat bekerja pada hampir semua permukaan, termasuk plastik. Tentu hal ini memungkinkan pengguna untuk mempersonalisasi benda-benda mereka sendiri seperti casing iPhone. 3Doodler bahkan dapat digunakan untuk pekerjaan perbaikan kecil pada benda-benda berbahan plastik.

cukup tancapkan soket ke listrik dan dapat mulai menggambar apapun semaunya dalam beberapa menit dengan pensil canggih ini.

sumber

Wow, Wanita ini Nikahi 5 Pemuda, Sampai Gak Tahu Ayah Anaknya

 
Seorang ibu muda memiliki lima suami dan semuanya merupakan adik kakak. Rajo Verma (21) tinggal di sebuah gubuk dengan satu kamar bersama kelima suaminya. Namun, Verma tidur dengan salah satu dari lima suaminya secara bergantian.

Saking banyaknya suami, ibu rumah tangga itu sampai-sampai tidak tahu ayah dari anak balitanya. "Awalnya, sedikit merasa canggung. Tapi, saya tidak lebih menyayanginya salah satu dari mereka," katanya.

Suaminya, Guddu (21), yang pertama menikahi Verma. Ia bersikeras tak cemburu dengan suami-suami lainnya yang merupakan saudaranya.

"Kita semua berhubungan seks dengannya tapi saya tidak cemburu. Kami satu keluarga besar yang bahagia," katanya seperti dikutip TheSun, Senin (18/3/2013).

Pasangan itu menikah dengan upacara keagamaan Hindu pada empat tahun lalu, dan Guddu tetap menjadi pasangan resminya. Tapi kebiasaan di desa adalah wanita harus menikahi saudara suaminya. Seperti Bajju (32), Sant Ram (28), Gopal (26), dan Dinesh yang menikah tahun lalu ketika ia berusia 18 tahun.

Kakak tertua, Bajju, mengatakan, ia menganggap Verma sebagai istrinya. "Saya menganggap dia istri saya dan tidur dengan dia seperti saudara-saudara saya," ujarnya.

Rajjo biasanya yang memasak, membersihkan, dan merawat anaknya Jay 18 bulan ketika para suami bekerja di Dehradun, India utara.

Verma mengatakan, tradisi kuno poliandri itu memang sudah berlangsung lama."Ibu saya juga menikah dengan tiga saudara sehingga ketika saya menikah, saya tahu saya harus menerima semua saudara suami saya," kata Verma.

"Saya tidur dengan mereka bergiliran. Saya tidak memiliki tempat tidur, hanya banyak selimut di lantai".

"Saya mendapatkan lebih banyak perhatian dan kasih sayang dibanding kebanyakan istri," pungkasnya.

sumber

Sentuhan Foto Yang Luar Biasa Sesudah dan Sebelum Photoshop

Anda tidak perlu memiliki wajah yang cantik untuk menjadi seorang model. Karena dengan sedikit sentuhan Photoshop, hal tersebut dapat berubah. Hari-hari ini Photoshop semakin populer karena setiap orang ingin terlihat cantik sama seperti model dan selebriti di sebuah foto. Model dan selebriti selalu tampil memukau dengan kulit dan tubuh sempurna di majalah dan cover album dan semua ini dimungkinkan oleh Photoshop. Untuk inspirasi Anda,

berikut foto-foto perubahan sebelum dan sesudah menggunakan Photoshop.













Sumber

Paul Cumming Pelatih Sepak Bola Indonesia yang Penuh Kesedihan (part 3)


Walau Sakit, Terus Berusaha Lagi, Lagi dan Lagi



Usai dipecat dan dirugikan secara sepihak oleh manajemen Persiwon Wondana, Paul Cumming nyaris tak punya kegiatan, pekerjaan dan penghasilan. Rumahnya di Lereng Semeru sejak 2011 pun bukan miliknya, melainkan investasi sang kakak, Rosalind Cumming -- seorang pelukis yang cukup punya nama di Shrospire, satu daerah di bagian barat Inggris.

Tragisnya, saat proses membangun rumah itu, ia kembali dan lagi-lagi kena tipu. Harga tanah yang seharusnya Rp 40 juta malah ia beli dengan Rp 160 juta, harga yang mahal bagi sebuah tanah yang jauh dari keramaian di tengah desa. Tak hanya itu, bangunan yang mestinya awet dan kuat, dalam beberapa bulan malah sudah retak-retak.

Ia merasa dijahili habis-habisan para pekerja tukang bangunan yang bekerja untuknya. Dana Rp 400 juta yang ia keluarkan, tak sebanding dengan kondisi bangunan yang ditaksir hanya sekitar sepertiganya. Pondasi bangunan dibangun tanpa komposisi semen yang pas, arsitekturnya pun asal-asalan. Beberapa tembok malah miring. Alhasil, penghasilannya yang tak seberapa itu ia habiskan untuk memperbaiki rumah.

Tapi Paul tak mau berdiam diri. Ia merasa malu juga hanya mengandalkan sang istri yang banting tulang sebagai guru dengan gaji dan kepedulian kepada dirinya yang tak seberapa itu. Mustahil berpangku tangan. Musykil untuk menyerah. Maka ia memutar otaknya untuk bertahan.

Karena itu, dengan modal seadanya yang ia dapat dari sang kakak di London, pada bagian belakang rumahnya ia membuka usaha rental Play Station. Banyaknya unit mencapai 7 mesin. Tarif yang ia patok Rp 2.000/jam. Seberapa menguntungkan sih bisnis seperti ini? Ya "receh" saja. Per bulan ia hanya bisa meraup omzet kotor kisaran Rp 600 ribu - 1 juta. Hasil itu harus dipotong dengan biaya listrik dan gaji anak tetangga berusia 14 tahun yang membantunya menjaga rental.

Anak itu bernama Fikri. Saat ini dialah asisten Paul. Per hari ia dibayar Rp 15 ribu untuk mengurusi rental PS dan membantu Paul. Omzet yang ia dapat setiap bulan jarang masuk kantong pribadi, lebih sering untuk membayar listrik, gaji fikri maupun servis stik PS yang sering rusak.

Berbagai macam upaya ia lakukan untuk menambah uang. Meja foosball usang yang ia punya, disewakan dengan harga seribu perak setengah jam. Banyak anak-anak yang pakai, tapi seringnya dipakai tanpa bayar.

Di belakang rumahnya, ia pun memiliki kolam renang sederhana, airnya diambil dari PAM Desa. Untuk memenuhi kolam itu dengan air PAM Desa, Paul harus menunggu sampai 7 hari 7 malam.

Sebulan kolam itu efektif dipakai paling hanya 20 hari, 3 hari sisanya dipakai Paul seorang diri untuk menyikat dan mengurasnya. Maklum, air desa sering berlumut dan berdaki. Untuk berenang di sana, ia mematok tiket Rp 1.000 sekali masuk. Paul sebenarnya ingin menaikkan harga itu dari jadi Rp 2.000, tetapi ia merasa berat.

Dalam suatu adegan yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, Paul mengutarakan keinginannya itu kepada anak-anak yang mampir ke rumahnya. "Gimana kalau dinaikkan jadi dua ribu, masih mau gak?" Tanya paul. "Gak Om, mahal," jawab sang bocah.

"Tuh, kan, lihat, mereka gak mau saya naikkan jadi dua ribu. Mereka pernah bilang ke saya, jika dinaikkan dua ribu, mereka lebih memilih berenang di sungai daripada di sini," ucapnya sembari mengangkat kedua tangannya.

Tahukah anda penghasilan yang diterima Paul dari usaha kolam renang dan foosball-nya itu? Hanya Rp 25 ribu/bulan yang masuk dompet.

Play Station yang jadi sandaran hidup

Malam itu waktu menunjukan pukul 21.00 WIB, di luar sudah sangat sepi, hanya terdengar suara jangkrik. Mata Paul sayup-sayup tak kuat menahan rasa kantuk. Tapi ia tampak gelisah tak karuan. Sebabnya, dua gerombolan remaja datang secara bergantian untuk menyewa Play Station untuk dibawa pulang ke rumah. Tarif yang dipatok Paul untuk menyewa seharian adalah Rp 20 ribu/hari.

Tetapi malam itu Paul mencium gelagat tak mengenakan. Ciri-ciri pelanggannya itu sama seperti berita di koran lokal belum lama ini, yang memberitakan beberapa anak SMP yang di-drop out gara-gara ketangkap mencuri PS di Tumpang, 8 km dari rumahnya.

Setelah diusir secara halus, ia takut gerombolan itu kembali. Karenanya ia tak bisa tidur. Play Station miliknya itu kini jadi jimat yang amat berharga baginya. Kendati hasilnya tak seberapa, tapi mesin-mesin buatan Jepang itu adalah penyambung hidup di masa senja. Ia tak ingin PS-nya kembali dicuri orang.

Sejak memulai usaha, sebenarnya ia memiliki 10 buat Play Station, namun tiga bulan lalu Paul kecurian, dua mesinnya raib dirampok maling. Yang lebih getir, yang mencuri adalah anak kampung yang dipercayakan menjadi pembantunya menjaga rental PS. Sedangkan satu mesinnya lagi disewa orang tapi tak pernah dikembalikan hingga sekarang.

Tinggal di Malang, Paul selalu bernasib malang. Sama seperti dulu, hidupnya tetap saja tak lepas dari ditipu, dijahili dan dizalimi. Sering pelanggan rental PS nya kabur dan tak bayar. Sering pula ia kena SMS teror dari warga sekitar. Propaganda guru ngaji di kampung, sempat membuat usahanya nyaris gulung tikar.

"Guru ngajinya pernah bilang ke anak- anak di sini, orang yang main PS tak akan masuk surga. Gara-gara ucapan itu anak-anak kecil di sini takut dan gak mau main PS lagi," katanya.

Kejahatan dibalas dengan senyuman

Usaha lain tak letih-letihnya dilakoni Paul untuk bertahan hidup. Ia pun sempat bertani dengan menanam pohon jeruk di kebun belakang rumahnya. Ada 100 pohon, biaya perawatannya mencapai 2 juta rupiah. Hasil panen yang didapatkan hanya 450 ribu. Sialnya lagi, Paul ditipu oleh petani lokal yang mem-blow-up biaya perawatan menjadi berkali-kali lipat.

Kini pohon jeruk itu masih tertanam di sana, dibiarkan tumbuh liar. Terkadang Paul kesal jeruk-jeruknya yang tak terawat itu hilang dicuri orang.

"Kurang ajar juga anak-anak itu, meskipun sudah dipagar tetap saja mereka mencuri," geramnya.

Di dusun itu terkadang Paul memang tak dihargai. Kerap diledek dan dibentak anak-anak desa yang jadi pelangganya. Hanya saja semua itu dibalas kakek tua itu dengan senyuman lebar yang jadi ciri khasnya. "Pelanggan adalah raja," tuturnya singkat.

Anak-anak itu mungkin tak tahu siapa yang ada di depannya itu. Sesosok pelatih asing yang lebih berjiwa nasionalis ketimbang orang Indonesia itu sendiri. Ia rela tinggal di pedalaman hutan serta pesisir Papua dan Sumatra hanya untuk mengembangkan sepakbola. Ironisnya, selama itu juga ia terkena penyakit malaria hingga 14 kali: 4 kali malaria tropika, 10 kali malaria tessiana.

Takut melatih lagi karena penyakit

Sudah menjadi tekadnya, Paul enggan melatih klub-klub besar di tanah jawa. Ia mengaku lebih bersemangat membesarkan klub-klub kecil yang belum dikenal orang macam Perseman Manokwari dan PSBL Bandar Lampung. Tawaran dari Persib Bandung dan Persebaya pernah ditampiknya dengan alasan idealismenya itu.

Tapi kini idealisme itu kini hanya jadi cerita. Toh ia enggan kembali menjadi pelatih sepakbola. Oleh dokter ia diagnosa menderita penyakit spondilosis [sejenis penyakit rematik yang menyerang tulang belakang].

"Dokter bilang ke saya gak boleh terjatuh atau terpeleset, sekali itu terjadi saya gak akan bangun lagi. Saya jadi kepikiran terus, saya jadi trauma untuk kembali melatih sepakbola takut terpeleset saat latihan," ujarnya.

Tragis memang. Saat ini ia pun menderita penyakit lain. Keningnya terluka dan terus menerus mengeluarkan darah. Kondisi ini sudah terjadi setahun lamanya. Plester dan perban selalu terpampang saat Paul berkaca. Darahnya memang sulit membeku, tapi itu bukan penyakit gula. Entah apa nama penyakit itu dan sampai sekarang luka ini tak sembuh karena Paul memang tak mampu ke dokter untuk memeriksanya. Keuangannya yang pas-pasan jadi penyebabnya.

Untuk berobat ke Kota Malang, setidaknya ia perlu biaya dokter yang mahal serta ongkos Rp 250 ribu untuk menyewa mobil. Paul memang sudah tak kuat lagi naik motor dan angkutan umum. Satu-satunya transportasi hanyalah menyewa mobil.

"Saya tak punya uang untuk sewa mobil dan berobat, kalau ke Kota Malang saya harus sewa mobil ke tetangga 250 ribu, saya gak kuat bayarnya," katanya sembari mengerut.

sumber

Paul Cumming Pelatih Sepak Bola Indonesia yang Penuh Kesedihan (Part 2)

Kisah-Kisah Sukses yang Dibalas Air Tuba



Usai terkatung-katung selama tinggal di Papua, Paul Cumming akhirnya menemukan tempat berkarier baru. Adalah Tony Betay yang membawanya untuk menangani PSBL Bandar Lampung. Gubernur Lampung saat itu, Poedjono Pranyoto, yang memimpin Lampung selama 2 periode (1988-1993 dan 1993-1998) meminta Paul mengembangkan sepakbola di Lampung.

Paul dan Poedjono bukan kali itu baru saling kenal. Saat Paul membesut Perseman Manokwari, kebetulan waktu itu Poedjono menjabat sebagai wakil gubernur Irian Jaya. Di situlah awal perkenalan keduanya. Poedjono sedikit banyak mengerti bagaimana Paul mampu membangkitkan kesebelasan semenjana seperti Perseman. Untuk itulah, guna menghidupkan kembali PSBL, Paul diminta bekerja di Lampung.

Karenanya, selama tujuh tahun Paul membesut PSBL (1991-1998). Di saat prestasi PSBL mencapai titik puncak dengan mampu lolos ke babak 4 Besar Liga Indonesia di Senayan, krisis politik menimpa Indonesia dengan lengsernya rezim Orde Baru. Kerusuhan di Jakarta membuat kompetisi ditunda, tim yang sudah menginap di Jakarta pun terpaksa kembali pulang.

Selang beberapa bulan kemudian, efek domino krisis ekonomi nasional mulai berimbas pada klub. Demi alasan penghematan, Paul terpaksa dipensiunkan. Tahun 1998, usai pemecatan itu, ia pun kembali berjuang melawan tekanan ekonomi dan beralih haluan membuka usaha penyewaan perahu di Pantai Ringgung, Lampung Selatan.

Tragedi lain dalam kehidupan Paul pun kembali mengintai….

Perahu, kios kecil dan bulan-bulanan preman

Ia mempunyai 12 perahu atau sampan yang biasa disewakan kepada nelayan atau wisatawan. Tarif yang ia patok berkisar Rp10.000 – Rp 15.000 per hari. Ia juga memilki kios kecil di pinggir pantai. Dengan cekatan ia akan membuat kopi atau mie rebus bagi wisatawan yang memesan. Sayang, usahanya itu tidak berjalan memuaskan.

Selain sepi, ia pun kerap dipalak preman-preman. Dana setoran sewaan dan keutungan warung terpaksa ia serahkan kepada preman-preman. Terkadang ia sembunyi di kebun atau hutan selama berjam-jam, menunggu preman yang tak lelah mengganggunya itu pergi dari kiosnya.

Jika tak setor, Paul terus menerus diteror dan diganggu. Sebagai seorang pecinta hewan, banyak piaran ia punya mulai dari monyet, anjing, burung, domba hingga kucing. Tragisnya, hewan piarannya satu per satu mati diracun orang. Seekor domba jantan langka yang doyan makan kabel dan pernah membuat Lampung geger karena kebiasaannya itu pun mati diracun orang yang konon tak suka padanya.

Kriminalisasi memang sudah menjadi bagian dari hidup Paul. Bukan sekali dua perahunya dirusak dan dicuri orang. Sudah 12 kali perahunya hilang dan rumahnya kecurian. Entah siapa pelakunya.

"Saya juga heran, saya sangat dikenal di Lampung tapi kenapa mereka memperlakukan saya seperti ini?" keluhnya.

Petaka ditusuk preman

Puncak kesialan Paul terjadi 27 Juli 2001. Ketika itu dia berkunjung ke toko sembako 'Senang' di Bandar Lampung untuk membeli bahan pokok yang akan ia jual di pondok kecilnya. Kebetulan di toko itu ada 15 preman bersenjata samurai, golok dan pisau sedang memalak pemilik toko.

Tanpa sebab alasan, seseorang dari mereka mengejar Paul. Enam tusukan pisau ditancapkan ke punggungnya. Dengan luka berceceran Paul berusaha kabur dan langsung melapor ke kantor polisi. Bukan pertolongan yang ia dapat, pihakaparat malah memintanya terlebih dahulu membuat laporan bertele-tele, padahal kondisinya saat itu berlumuran darah. Sebuah kisah klasik polisi di Indonesia.

Beberapa lama kemudian, sang pelaku bernama Beny ditangkap. Belum lama luka tusukan itu terasa, keluarga Beny dan rekan-rekan premannya mendatangi Paul. Di bawah tekanan dan ancaman, secara terpaksa Paul memaafkan Beny dengan menandatangi surat damai di Polres Bandar Lampung. Alhasil hukuman Beny pun sangat ringan.

"Waktu itu di pengadilan sedang ada dua kasus persidangan, kasus penusukan saya dan kasus yang maling ayam. Yang kasus saya, Beny hanya dijatuhi hukuman 6 bulan, sedangkan yang maling ayam hukuman penjara 2 tahun," tuturnya sembari tersenyum.

Kepedihan selanjutnya

Tak tahan dengan situasi itu, akhir tahun 2001 Paul pergi ke Nabire, Papua. Saat di Papua ia memang memiliki rumah di sana. Alangkah kagetnya saat kembali ke Nabire tak ada yang tersisa dari rumah itu. Semua perabotan barang yang ia kumpulkan semasa berjuang mati-matian naik turun gunung, berlayar dari satu pulau ke pulau lain nyaris tak ada sisa. Tinggal atap dan tembok saja. Semua harta sudah ludes, apa yang ia miliki di Lampung sudah dijual demi merenovasi rumah di Nabire.

Tahun 2002, Perseman Manokwari kembali mengaetnya. Gajinya teramat kecil. "Tak apa kecil, yang penting ada uang buat makan," katanya. Sayang, lagi-lagi karir Paul tak lama. Semusim kemudian, dia tak lagi dipekerjakan Perseman.

Usai diberhentikan oleh Perseman 2003, kembali hidupnya menderita. Di tahun itu ia sempat sakit malaria, tak punya uang untuk ke dokter Paul pun merana di pondok kecilnya. Ia memang tinggal sendirian dan jauh dari keramaian, Sejak tinggal di Lampung ia memang senang menyendiri. Saat tingga di Nabire, tetangga terdekatnya paling banter 1 km. Dalam kondisi sakit malaria dan terasing, beruntung seseorang pengusaha Julius Permadi menjemputnya dan merawatnya hingga sembuh.

Setelah sehat, di tahun 2004, ia memutuskan sementara waktu untuk ikut sang Istri yang menjadi guru di Malang terlebih waktu itu Nabire dilanda gempa hebat, ia pun mengungsi. Tak menganggur lama, Paul diajak untuk melatih tim futsal Universitas Airlangga di Surabaya tahun 2005. Feedback yang dapatkan sangatlah kecil, Sebuah tempat tinggal dan Gaji bulanan 1 juta per bulan. "Tak ada pemasukan lain, semuanya diirit-irit," ungkapnya.

Setahun kemudian, PSBL kembali memanggilnya, ia pun kembali ke Lampung. Paul kali itu dijadikan alat politikus oleh calon yang hendak ingin maju jadi walikota Bandar Lampung. Jadi kendaaran politikus memang tak mengenakan. Setahun melatih PSBL ia sama sekali tak dibayar. Ada hikmah di balik musibah, Dewi fortuna mendatanginya, panggilan datang dari Bupati Teluk Wondama Papua Barat. Ia diminta mengembangkan sepakbola di kabupaten baru yang hanya berpenduduk 12.000 keluarga itu.

Diberi kepercayaan, semua hal ia curahkan. Mulai dari mendesain kostum, membelikan sepatu pemain, mengumpulkan suporter, hingga membenahi manajemen klub. "Di sana itu masyarakatnya tak begitu suka bola, tak ada pemain bagus dan lapangan yang layak," tuturnya.

Apa yang dilakukan membuahkan hasil, Persiwon yang biasa berkutat di Divisi III lolos ke tahapan selanjutnya. Berkat tangan dinginnya juga nama Patrich Wangai berhasil ditemukan. Bersama dengan Paul, Patrich berhasil membuat Persiwon lolos ke Divisi II, setahun berikutnya ke Divisi I. Tahun 2008, ia diminta untuk membesut tim PON Papua Barat di ajang PON Kaltim.

Tak mengecewakan, anak asuhnya bermain bagus. Sang juara Jawa Timur digebuk 2-0. Hanya saja, permainan kotor yang dilakukan DKI Jakarta membuat timnya kalah 2-0. Alhasil di laga penentuan, Jatim dan DKI bermain mata. Hasil imbang di antara keduanya cukup untuk membuat Papua Barat terhenti di babak 6 besar.

Air susu dibalas air tuba

Usai gelaran PON berakhir, ia kembali ke Persiwon, sampai petaka tersebut terjadi. Gonjang-ganjing kepengurusan PSSI di Jakarta tahun 2010 membuat perjalanan kompetisi jadi tak menentu. Usai menjalani kompetisi divisi I di Banyuwangi, agar tak bolak-balik Papua-Jawa dan menghemat ongkos, tim melakukan latihan di Malang. Bulan demi bulan berlalu, sejak Desember 2010 hingga Agustus 2011 tim tetap kompak rutin latihan.

Hanya saja di penghujung bulan Agustus kabar tak enak itu tiba juga. Secara sepihak manajemen klub Persiwon memecat Paul. Kerugian finansial yang ia dapat tidaklah sedikit, selain gaji yang tak dibayar selama 10 bulan ia pun harus menalangi biaya akomodasi tim selama berbulan-bulan latihan di Malang.

"Uang saya tak diganti, mau gimana lagi. Kerugian saya mencapai puluhan juta. Uang segitu bagi saya sangatlah berarti, itu uang hasil nabung bertahun-tahun," keluhnya.

Stresnya kian bertambah setelah tahu untuk kedua kalinya, satu-satunya harta yaitu rumah di Nabire, rata dengan tanah. Lebih parah lagi, semua isi perabotan rumah, elektronik, parabola bahkan sampai kusen, pintu, jendela, dan atap aluminium ludes dijarah orang "Di sana sekarang sudah rata dengan tanah, karena besi-besi rangka pun dicuri membuat tembok jadi ambruk," ucapnya dengan raut sedih. [Bersambung].

Sumber

Paul Cumming Pelatih Sepak Bola Indonesia yang Penuh Kesedihan

ini tentang pelatih asing yang melatih indonesia dengan penuh kisah kesedihan, karena orang indonesia tidak mampu dan tidak mau menghargai jerih payah dia yang penuh perjuangan.

Kisah pelatih sepak bola bernama Paul Cumming...
sayapun terharu membaca kisah ini, jadi dibaca benar-benar dari awal ,kecuali anda orang yang malas dan apatis.

Kisah Sedih dari Lereng Semeru


Paul Cumming sedang melihat kebun jeruk miliknya. Jeruk di pohonnya sangat sering dicuri orang yang jahil

Rumahnya agak menjorok ke dalam Dusun Drigu, Desa Poncokusumo Kabupaten Malang, Jawa Timur. Lokasi rumahnya terpencil dari peradaban manusia lainnya. Sunyi dan sepi.

Sesekali terdengar suara hiruk pikuk manusia dan lalu lalang kendaraan bermotor. Tetapi semua itu tenggelam dalam orkestra kodok dan jangkrik yang lebih kentara terdengar di luar.

Rumah sederhana itu sekelilingnya dipenuhi kebun yang rimbun: kebun apel, cabai, tomat, dan sayur-sayuran yang dipagari kawat dan kayu. Hanya ada satu jalan untuk mencapai rumah itu, melewati jalan tanah coklat setapak yang jarang diinjak manusia.

Bagi beberapa orang tempat ini membosankan, apalagi kalau malam. Di luar nyaris gelap gulita tak ada kerlap-kerlip lampu-lampu bohlam tetangga. Tapi jangan kaget bukan main alangkah indahnya suasana alam di pagi hari. Tepat di depan rumah, dengan sombong gunung Semeru kokoh tegak menantang.

Desa Poncokusumo memang daerah dingin di lereng Gunung Semeru, 30 Km dari Kota Malang. Udara bersih dan sejuk didapat secara gratis sepuasnya. Sesuatu hal yang langka bagi orang kota.

Beruntunglah Paul Cumming dapat menghabiskan massa tuanya di tempat itu. Tapi benarkah dia beruntung?




Ada yang masih ingat dengan Paul Cumming? Seseorang yang menjadi idola suporter klub Galatama asal Jakarta yaitu Indonesia Muda di tahun 1981 hingga 1983. Beberapa mengenangnya sebagai sosok pelatih asing kontroversial yang amat dicintai masyarakat Papua, namun dibenci suporter bola asal Jawa di pertengahan dekade 80an.

Permainan keras yang menjadi ciri khas Perseman Manokwari kala itu membuat anak asuh Paul dicaci habis-habisan baik oleh pengamat, media maupun penggila bola. Bergeming, Paul tetap melanggeng dengan polanya yang terkenal keras -- PSMS Medan pun bukan tandingannya.

Benar saja, usai menjadi juara Divisi I tahun 1983, Perseman menjadi kuda hitam baru di kompetisi perserikatan dengan menjadi tim terbaik nomor empat di tahun 1985, serta runner-up 1986 sebelum ditaklukan Persib Bandung 1-0 lewat gol tunggal Djadjang Nurdjaman di partai Grand Final.

Paul adalah pula legenda bagi masyarakat Bandar Lampung. Namanya melegenda tapi dia bukan tokoh fiksi. Paul adalah manusia nyata. Kesuksesannya menangani klub Papua membuat ia ditarik mantan gubernur Lampung, Poedjono Pranoto, untuk membesut PSBL Bandar Lampung. Sepakbola Lampung pun menuai kejayaan. Setelah selalu berkutat di Divisi II, Paul bisa membawa PSBL promosi ke Divisi I dan Divisi Utama. Pekerjaan yang tak mudah tentunya.

Usai dipensiunkan secara paksa dari PSBL akibat keuangan klub yang defisit, Paul terpaksa menganggur. Beruntung kemudian Perseman mengontaknya kembali. Sampai tahun 2011, Paul kembali menetap di Papua sembari sempat melatih tim PON Papua Barat dan Persiwon Wondama.

***

Di Indonesia, Paul adalah orang kedua yang dinaturalisasi akibat urusan sepakbola. Orang asing pertama yang menjadi WNI gara-gara sepakbola adalah Toni Pogacnik, eks Pelatih Timnas tahun 1950an. Dan orang kedua itu adalah Paul Cumming, seorang Londoners yang teramat cinta kepada Negeri Zamrud Khatulistiwa.

Di masa itu sangat langka pesepakbola atau pelatih asing yang ingin berganti kewarganegaraan menjadi WNI. Paul termasuk orang langka itu. Prosesnya tidak mudah dan berbelit-belit. Selain memakan waktu lama, besarnya kontribusi terhadap sepakbola Indonesia pun menjadi kewajiban utama lainnya bagi siapa pun yang ingin jadi WNI.

Proses Paul menjadi WNI tidaklah semudah yang diterima Sergio Van Dijk, Kim Jefrey Kurniawan atau pemain asing naturalisasi lainnya. Setelah menunggu waktu 19 tahun, pasca kedatangannya pertama kali ke Indonesia tahun 1980, akhirnya pada 10 November 1999, Pengadilan Negeri Bandar Lampung mengetok sah dirinya sebagai WNI. Beruntung nasib Paul tak setragis sang pendahulu Toni Pogacnik yang keburu meninggal sebelum dirinya disahkan sebagai WNI.

Paul adalah generasi awal pelatih asing yang berani membesut klub-klub sepakbola di Indonesia. Dia seangkatan bersama Marek Janota, Wiel Coerver dan Fred Corba. Mereka menjadi bagian dari kebangkitan kompetisi Galatama. Mereka pun jadi saksi, betapa Galatama porak-poranda akibat pengaturan skor ulah mafia judi bola.

Pengalaman pahit saat Berniaga di Pedalaman dan Pesisir Papua

Entah mengapa dia betah berlama-lama di Indonesia, toh secara financial kehidupan Paul biasa-biasa saja. Selama ini selalu ada persepsi bahwa orang asing yang tinggal di Indonesia adalah kaum borjuis berdompet tebal. Paul jauh dari anggapan seperti itu. Dia mungkin "pebola naturalisasi" paling malang di Indonesia. Dari dulu hingga sekarang, dompet cekak selalu ia rasakan.

Hidupnya selama Papua di awal tahun 1990an terkadang butuh perjuangan ekstra dan menderita. Untuk tetap bisa bertahan hidup, ia tinggal di daerah pedalaman dan berdagang sembako menggunakan perahu dari pulau ke pulau di Teluk Cendrawasih.

Sialnya, usahanya itu kena tipu orang. Karena terlalu percaya, ia serahkan semua perniagaan kepada anak buahnya. Sang anak buah berdusta mengatakan kepada dirinya kapal terbalik dan barang dagangan habis tercebur ke laut. Ia pun dinyatakan bangkrut total, karena harus membayari barang-barang jualannya yang belum dibayar. Tapi ia tak menyerah dan kembali meniti usaha perniagaan berjualan sembako ke daerah tambang-tambang.

Akan terasa "ngeh" melihat bule di pedalaman Papua untuk menyambung perut ia harus menaiki motor trail dengan barang bawaan sembako penuh. "Jalannya menanjak bukan main, untuk menempuh tambang saya harus berkendara 8 jam melewati hutan sembari bawa barang-barang digendong di belakang," ucapnya.

Baru beberapa bulan usahanya berjalan, Paul kembali terkena sial. Lagi-lagi ia kena tipu akibat bujuk rayu oknum warga yang meminta ia meninggalkan barang dagangannya di tambang. Ia pun hanya mengelus dada meratapi nasibnya itu.

Dan itu hanyalah satu dari belasan kisah tragis Paul yang akan terus berlanjut sampai hari ini. [Bersambung]

sumber